Uskup Tanjungkarang Mgr Harun Yuwono Ingatkan Cerita Tentang Lysistrata

Uskup Tanjungkarang Mgr Harun Yuwono Ingatkan Cerita Tentang Lysistrata
Buletin Nasional. Uskup Keuskupan Tanjung Karang, Mgr. Harun Yuwono Pr memberikan pesan politik pada Organisasi Pemuda Katolik se-Komisariat Daerah Lampung.

Sebanyak 50 kader yang merupakan wakil dari 12 komisariat cabang berkumpul di Hotel Arinas, Bandar Lampung.

Pada kesempatan itu, Harun Yuwono mengingatkan para kader terkait politik saat ini yang cenderung diartikan meraih kekuasaan dengan berbagai cara.

“Yang menjadi keprihatinan bagi kita semua adalah, politik sekarang lebih cenderung diartikan meraih kekuasaan dengan cara apapun.” kata Harun Yuwono.

“Akibatnya menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Jika kekuasaan jatuh ke tangan orang yang salah karena diperoleh dengan cara salah sebagai akibat adalah munculnya abuse of power – penyalahgunaan kekuasaan dan pasti akan ada korban. Ini bisa terjadi pada pilkada, pileg ataupun pilpres,” tuturnya.

Selain itu, Harun Yuwono juga mengaitkan politik saat ini yang juga pernah terjadi era kisah Yunani Lysistrata.

Lysistrata merupakan wanita yang memiliki ide brilian untuk menghentikan perang Pheloponnesia antara Spartra vs Athena.

Idenya itu adalah ajakan mendorong para perempuan untuk tidak melakukan hubungan intim dengan suami, tentara, hingga jenderal perang.

Hal ini diserukan sebagai aksi mogok seks agar para tentara dan jendral menghentikan perang.
Harun Yuwono juga memberikan ilustrasi atas kisah Lysistrata ini dengan penjelasan dari Albert Hirschman, ekonom Jerman yang pandangannya mempengaruhi dunia politik.

Penjelasan Albert Hirschman atas kisah dari Lysistrata menyatakan bahwa nafsu yang rusak seperti kekuasaan dan peperangan bisa ditundukkan oleh nafsu lain dengan daya rusak yang lebih rendah, yakni kepentingan pribadi terutama kepentingan ekonomi.

Kepentingan ekonomi itu ada pada cerita lain Albert Hirschman yang diungkapkan Harun Yuwono dengan ilustrasi yakni sekelompok orang yang memiliki nafsu membunuh dengan alasan perbedaan ras maupun agama bisa dihentikan dengan cara pihak lain menyebarkan uang.

Orang dengan nafsu membunuh tersebut akan lebih memilih mengumpulkan uang yang berceceran di jalan dibandingkan harus berperang.

“Dalam perspektif Albert Hirschman, dalam perspektif individual dan kepentingan pribadi, korban beruntung karena batal dibunuh. Sedangkan dalam perspektif universal dapat dikatakan, hasrat kekerasan atau violent passion dapat ditundukkan oleh kepentingan yang kurang ganas atau innocuous interest,” kata Harun Yuwono.

Selain itu, Uskup Keuskupan Tanjungkarang ini juga memperingatkan soal filosofi Jawa yang berhubungan dengan kekuasaan yakni ‘Harta, tahta, dan wanita’.

Oleh sebab itu, kekuasaan selalu dikaitkan dengan politik dan begitu juga sebaliknya.
Menurut filsuf Yunani, Aristoteles, politik berasal dari kata polis yang berarti kota.
Sehingga politik terkait soal tatacara mengelola kota mau pun negara dengan tujuan akhir kesejahteraan bersama seluruh warganya (polites).

Politik akhirnya merupakan seni mengelola kekuasaan dengan konstitusi (politea) demi kepentingan umum.

Atas pertemuan kader ini, Harun pun berharap organisasi masyarakat seperti Pemuda Katolik didorang untuk berpolitik secara bermartabat, berbudaya dan berkarakter.

Sehingga, masa depan Indonesia menjadi jelas dan kemerdekaan yang diperjuangkan para pendiri bangsa tidak menjadi sia-sia.

Comments

Popular posts from this blog

Penyandang Autis Aktif Berkarya Didukung Oleh Miss Indonesia 2018

Pulau Batu Mandi, Kepulauan Riau

Bandara Lombok Evakuasi Calon Penumpang Akibat Gempa